Jumat, 19 Juni 2015

Sepasang Kaki dan Pisang - Pisangnya.

Mau cerita nih, kebetulan tadi pagi ada suatu kejadian yang rasanya perlu di share / bagikan.

------------

Tadi pagi, sekitar jam setengah 11 kalau saya tidak salah, saya jalan kaki menuju kampus. Tibalah di persimpangan, saya melihat seorang ibu sedang menggendong pisang yang sangat banyak. Ibu tersebut menatap saya, dan saya tersenyum. Saya kasihan melihat ibu tersebut. Mungkin karena ibu tersebut bisa merasakan saya iba kepadanya, jadilah dia berbicara kepada saya.

" Mbak, tolong beli mbak, untuk beli buku. Anak yatim, mbak. "

Memang kurang begitu jelas, karena ibu tersebut memakai Bahasa Jawa pada beberapa kata. Namun, ibu tersebut selalu mengulang - ulang kata 'ingin membeli buku'. Jadilah saya semakin iba. Saya berpikir untuk membeli satu sisir karena ibu tersebut juga berjuang demi pendidikan anaknya. Jadilah kami meminggir sebentar dan transaksi pun di mulai.

Saya memilih pisang yang agak kecil saja agar saat saya berjalan ke kampus tidak begitu berat menjinjingnya.

Awalnya ibu tersebut menjual dengan harga yang cukup tinggi untuk pisang yang di jual. Rp 35.000,00

Lalu, saya nego ke ibunya, " Bu, bisa kurang tidak ? Rp 15.000,00 ya, Bu... " ya, saya rasa cukup. Mengapa ? karena pasti nanti akan sedikit naik. Lebih sedikit tidak apa - apa karena niat awal saya membantu ibu tersebut untuk membeli buku.

" Rp 30,000,00 ya, Mbak. "

" Rp 20.000,00. Bagaimana, Bu ? "

Ibu tersebut terdiam. Akhirnya, setuju dengan negosiasi yang sudah ditentukan.

Tibalah akhirnya sampai pada saat saya mengeluarkan lembar yang 50 ribuan. Si ibu jadinya selalu melotot ngeliatin tas saya dan uang lembar 50 ribuan.

Si ibu langsung bilang,

" Aduuh mbak. Tapi aku nggak ada kembaliannya. Jadinya Rp 30,000,00 aja ya, Mbak. "

hhhhmmm.... lagi - lagi taktik seperti ini. Sudah kuduga.

Mengapa saya tahu si ibu ini hanya berbohong ?

Ibu tersebut sama sekali belum mencoba untuk merogoh kantong dan melihat serta menghitung berapa jumlah yang dimiliki beliau. Beliau kok bisa langsung mengatakan tidak ada kembalian ?

" Bu, tadikan katanya Rp 20.000,00. "

" Iya, tapi saya tidak ada kembalian. " Masih, si ibu sedikit pun tidak mencoba mengeluarkan uangnya untuk dilihat.

" Tapi saya juga perlu Rp 30.000,00 nya, Bu, untuk membayar hutang saya ke teman saya. " Ya, kemarin kami naik taxi, jadi teman saya yang bayarin dulu.

" Tapi mbak." Nada ibu tersebut tiba - tiba meninggi dan bicara dengan cepat sepertinya dalam Bahasa Jawa.

" Maaf, Bu, saya nggak bisa Bahasa Jawa, "

" Tapi saya memang nggak ada kembaliannya mbak. Udah ya, Rp 30,000,00 aja. " Si ibu semakin memaksa dan beliau masih saja tidak mencoba untuk merogoh kantongnya dan melihat ada uang kembalian atau tidak.

" Kalau ibu gitu saya ntar nggak bisa bayar teman saya dong, Bu. "

Karena melihat saya sudah mulai menggerakkan kaki saya, seolah - olah ingin pergi. Si ibu akhirnya berkata,

" Ya, udah. " Barulah si ibu merogoh koceknya. Ya, baru sesaat setelah beliau mengatakan ' ya, udah '...

"Oooh... Ternyata ada kembaliannya, Mbak. " Kata si Ibu dengan nada yang dilembutkan, tetapi terlihat wajah beliau sedikit kesal karena tidak berhasil dan ketahuan ada kembaliannya.

" Ada kantong plastik, nggak Bu ? "

Beliau mencoba mencari. Nah, kelihatan bedanya kan...

" Nggak ada, Mbak. Maaf ya. Giman kalau saya masukkan ke tasnya mbak. "

" Ngga usah, Bu. Sini, biar saya pegang saja. "

Akhirnya saya tetap beli pisangnya, karena saya ingat niat awal saya adalah membantu. Terlebih jika menyangkut masalah pendidikan untuk membeli buku.

" Terima kasih, Mbak. "

"Ya, sama - sama Bu. Permisi Bu. " Kemudian saya berlalu mlanjutkan perjalanan saya ke kampus sambil menjinjing pisang tersebut.

-------------------------------------------------------------

Jujur saya yang dari awalnya iba dan kasihan menjadi kecewa.
Saya sedikit kecewa karena si ibu berbohong dan memaksa dengan kebohongannya. Saya tahu, si ibu berusaha untuk mendapatkan penghasilan. Namun, tidak perlu berbohong, bukan ?

Berbeda dengan bapak becak yang mengantar mama dan saya dari Kota Baru ke Kos. Beliau justru kami kasih lebih. Mungkin nanti jika ada waktu akan saya ceritakan lagi di blog ini.

Semoga semuanya akan membaik. Semoga si ibu berniat melakukan perubahan menjadi yang lebih baik, karena saya juga sadar, saya juga sering berbuat salah tetapi berniat untuk berusaha menjadi yang lebih baik.

Semoga tulisan kali ini bermanfaat untuk semuanya :)

- Cynthia Novelia -



Tidak ada komentar:

Posting Komentar